Badeng Kesenian Tradisional Khas Garut

Selain lais, yang merupakan kesenian tradisional khas Garut ada juga Badeng yang sama - sama unik dan menarik untuk dilihat serta dimainkan. Banyaknya kesenian disini dirasa mampu memikat sedikitnya wisatawan untuk berkunjung ke kota dodol ini. Na, Paket Wisata Ngiuhan di Garut kali ini ingin mencoba memberikan Anda sedikit pengetahuan tentang Badeng, apa itu badeng dan bagaimana cara memainkannya. Anda penasaran ? Lihat penjelasannya di bawah ini!


Badeng Kesenian Tradisional Khas Garut

Pimpinan : Bpk. Mumu 
Desa Sanding - Kec. Malangbong - Kab. Garut

Kesenian tradisional BADENG diciptakan pada tahun 1800 yaitu di jaman Para Wali, kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama Islam bernama ARFAEN dan NURSAEN yang berasal dari daerah Banten dan kemudian terus menetap di kampung Sanding - Kecamatan Malangbong - Kabupaten Garut, dan seorang tokoh lain yang dikenal masyarakat disana dengan sebutan LURAH ACOK.

Dog-dog Lajor, salah satu waditra pada kesenian Badeng yang pertama
ditemukan Arfaen dari sebatang bambu.
Lurah Acok berpikir bagaimana caranya supaya ajaran agama Islam dapat menyebar luas di masyarakat yang pada waktu itu agama Islam sangat asing sekali. Pada suatu saat dia pergi menuju ke suatu perkampungan di daerah Malangbong dan ditengah jalan beliau menemukan sesuatu benda yang bentuknya panjang bulat terbuat dari bambu. Secara tidak sadar maka benda itu di bawanya kerumah dan bambu tersebut dibuat suatu alat yang bisa mengeluarkan bunyi. Pada saat itu juga Arfaen mengumpulkan para santri dan mereka disuruhnya membuat alat - alat lainya yang terbuat dari bambu - bambu dan sudah tua untuk mengadukan bunyinya dengan alat yang arfaen buat tadi tadi dan kemudian bambu-bambu tersebut disusun dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan suara yang nyaring dan dicobanyalah semua alat-alat itu ditabuh / dibunyikan maka terdengarlah irama musik yang sangat enak didengar ditambah dengan nyanyian-nyanyian yang beriramakan Sunda Buhun dan Arab / Solawatan. 

Mulai saat itulah Lurah Acok dan Para Santrinya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan berkeliling mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, umaro dan tokoh-tokoh santri untuk berkumpul bermusyawarah sambil memasukan ajaran - ajaran agama Islam dengan menabuh seperangkat alat - alat yang dibuatnya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan lagu-lagu Sunda Buhun yang isi syairnya mengajak kepada masyarakat banyak untuk masuk agama Islam. 

Hampir semua penduduk yang ada di Desa Sanding, di kampung - kampung, di kota-kota sekitar daerah Malangbong bahkan dimana-mana di daerah Kabupaten Garut pada umumnya yang pernah didatangi oleh Lurah Acok menganut ajaran agama Islam. Maka sejak saat itu itulah Lurah Acok memberikan nama Kesenian Badeng. "Badeng" berasal dari kata Bahadreng yang artinya musyawarah atau berunding dengan suatu alat kesenian. Badeng adalah suatu jenis kesenian yang dipergunakan sebagai media untuk menyebarkan agama Islam pada waktu itu. 

Berbagai ukuran Angklung dengan nama masing - masing
sebagai waditra utama pada seni Badeng 
Sampai sekarang kesenian ini masih ada dan dipergunakan sebagai alat hiburan, untuk menyambut tamu-tamu besar, perayaan mauludan, khitanan, hajat dan lain sebagainya, hanya saja para pemainnya sudah tua-tua rata-rata berumur 60 tahunan.

Adapun alat-alat Kesenian Badeng tersebut terdiri dari :
  • 2 buah Roel (Angklung kecil) yang artinya bahwa dua pimpinan dada waktu itu antara kaum ulama dengan umaro (pemerintah) harus bersatu, alat ini dipegang oleh dalang.
  • 2 buah Dogdog Lonjor ujungnya simpay lima yang artinya menandakan bahwa didunia ini berpasang - pasangan, alat ini dipegang oleh dua orang, Simpay lima berarti Rukun Islam.
  • 7 buah Angklung agak besar terdiri dari ; Angklung indung, Angklung kenclung dan Angklung kecer. Jumlah 7 disesuaikan dengan jumlah hari. Alat ini dipegang oleh 4 orang. 
Previous
Next Post »
Thanks for your comment