Lais Kesenian Tradisional Khas Garut

Selain wisata, kota Garut juga memiliki kesenian tradisional khas yang layak untuk Anda saksikan ketika berkunjung ke kota Garut. Beberapa diantaranya seperti Adu Domba, Pencak Silat, Lais dan lain sebgainya. Nah, harus Anda ketahui bahwa kebanyakan wisatawan asing yang berkunjung ke Garut itu ingin menyaksikan kesenian - kesenian tradisional tersebut. Maka dari itu, saya harus terus memberikan informasi ini kepada para wisatawan supaya kesenian ini tidak punah dan terus dilestarikan demi kemajuan pariwisata yang ada di Garut.

Lais 


Pimpinan : Ade Dadang 
Asal  : Desa Sayang - Kec. Cibatu - Kab. Garut

"Duduk diatas tambang", salah satu atraksi Pemain Lais 
Menurut keterangan dari beberapa orang tokoh masyarakat seni, bahwa kesenian LAIS telah ada sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya di Kampung Nangka Pait - Kecamatan Sukawening - Kabupaten Garut. 

LAIS diambil dari nama seseorang yang sangat terampil dalam hal memanjat pohon kelapa yang bernama LAISAN yang sehari-harinya dipanggil Pak Lais. Caranya memanjat untuk memetik buah kelapa berlainan dengan kebanyakan orang. Untuk memanjat berpuluh - puluh pohon kelapa ia cukup 1 kali saja naik. Dipilihnya salah satu pohon yang letak satu sama lain berdekatan, setelah habis memetik buah kelapa disatu pohon, ia menggelayun ke pohon kelapa yang lain melalui pelepah daun yang berikutnya kemudian memetik buah kelapa pada rumpun pohon yang lainya. 

Karena keahlianya itu setiap kali Pak Lais disuruh memetik kalapa ia selalu ditonton masyarakat sekelilingnya, terutama sekali anak-anak sambil menonton ia bersorak sorai, menari-nari sambil memukul - mukul benda yang ia bawa, seperti potongan-potongan bambu, kaleng, bekas tempurung dan lain - lainya. Atas pemikiran beberapa orang tokoh seni di daerah itu agar keterampilan ini dapat dipertontonkan pada berbagai keramaian, mulai saat itulah Seni Tradisional Lais Tercipta, dan sebagai pengganti pohon / batang kelapa dipergunakanlah dua buah bambu dengan diameter sedang dan ukuran panjang kurang lebih 12 s.d. kurang lebih 13 meter dengan jarak satu sama lain 6 meter, dan sebagai pengganti pelepah kelapa dipergunakanlah seutas tali atau tambang yang besar untuk bermain Pak Lais Tersebut, kemudian untuk lebih menyamarkan atraksi tersebut sajiannya diiringi dengan berbagai tabuh-tabuhan seperti dogdog, terompet, gendang, kempul dan ditambah seseorang bodor/lawak yang secara langsung berdialog dengan pemain lais. 

Kesenian LAIS merupakan salah satu kelompok seni tradisional yang diiringi oleh tabuhan Reog dan Pencak Silat, dengan jumlah pemain Lais terdiri dari 9 (sembilan) orang diantaranya : Dogdog 1 - Dogdog 4 dipegang 2 orang, Pemain Lais satu orang, Pemegang terompet, dan Pemain lainya sebagai tambahan atraksi ; Bubuang Nyawa, Taraje, Gobang, dll.

Bentuk Atraksi 


Untuk pertunjukan yang biasa dilakukan pagi hari, biasanya lewat tengah malam rombongan telah datang untuk mengenali tempat pertunjukan dan mencari titik yang tepat untuk pemancangan tiang akrobat. 

"Lais", kesenian tradisional yang berasal dsari
keterampilan memanjat. 
Selanjutnya anggota rombongan yang biasa bertugas mempersiapkan alat dan perlengkapan lainya mulai memasang bambu yang biasanya berukuran diameter sekitar 15 cm dengan panjang antara 12-15 meter.

Untuk bambu harus yang lurus dengan ukuran tertentu ini biasanya dibawa dari kampung mereka karena untuk pengadaan bambu ini selain ukurannya yang harus tertentu juga ada ketentuan lain dimana pemangkasan pada tiap congo dina bukuna (potongan bekas ranting pada tiap ruas bambu) jangan sampai dipangkas habis, maksudnya untuk lebih memudahkan pemain memanjatn maupun pada saat menuruni bambu tersebut. 

Persiapan lain adalah alat peraga untuk pertunjukan Gesrek, yakni taraje atau tangga dengan anak tangga yang berdiri dari bilah - bilah golok, beberapa bilah golok lain untuk peragaan kekebalan anggota tubuh, beberapa buah jarum jahit dengan benangnya, beberapa batang bambu ukuran kecil dan sedang, serta beberapa pelepah daun pisang dan beberapa batang caruluk, serta gamelan yang biasa digunakan. Lalu mereka juga menyiapkan Parukuyan dan Sesajen.

"Taraje Gobang". Salah satu atraksi tambhan
dalam kesenian lais.

Biasanya pertunjukan diawali dengan tabuhan Wawayangan kemudian tampilah bodor yang diikuti Pemain Lais (Pelais). Baik pemain bodor maupun pelais tampil pertama kali mengenakan pakaian wanita sambil membawa boboko diais pake sinjang (bakul kecil diikat dengan kain ) sambil membawa payung. Setelah berdialog sejenak, mulailah Pemain lais memanjat batang bambu dan memperagakan atraksinya diselingi berdialog dengan pemain bodor. 

Seni Tradisional Lais selain sering diminta tampil pada kegiatan - kegiatan berskala lokal di kab. Garut juga acapkali diminta pihak Propinsi untuk tampil dalam kegiatan berskala Regional dan Nasional, selain tentunya tetap melayani permintaan masyarakat untuk memeriahkan acara khitanan maupun perkawinan di kampung - kampung. 

Untuk pertunjukan penuh, biasanya Seni Tradisional Lais ini menampilkan juga seni kekebalan yang mereka sebut "bubuang nyawa" dengan bentuk atraksi ; Taraje Gobang, menggantungkan diri dengan posisi perut  pada tajamnya golok, makan "caruluk" (buah pohon nira) yang dalam kondisi normal terkena pada kulit saja gatalnya luar biasa, makan jarum jahit dengan benangnya namun ketika dikeluarkan benangnya sudah masuk kedalam jarum jahitnya, dll. 

Waditra Kendang Pencak dan Tatalu dipadukan untuk menggiringi pertunjukan seni tradisional "Lais" 
Begitulah sekilas mengenai keberadaan Seni Lais, seni atraksi yang merupakan warisan budaya leluhur Garut. ***
Previous
Next Post »
Thanks for your comment