Cap Go Meh Di Pulau Kemaro Ritual Cari Jodoh

Pagoda di Pulau Kemaro. (ANTARA)
Pagoda di Pulau Kemaro. (ANTARA)
Untuk diketahui, Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil di Sungai Musi. Jika dihitung keberangkatannya dari Palembang, jaraknya sekitar 40 kilometer. Sedangkan jarak tempuh dari Jembatan Ampera terhitung 6 kilometer.
Terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya, Pertamina Plaju dan Sungai Gerong, Pulau Kemaro menjadi tempat rekreasi yang terkenal. Butuh waktu lima menit untuk sampai ke Pulau tersebut dengan menggunakan sampan motor (sampan bermesin) dari dermaga PT Pusri Palembang. Biasanya pemerintah setempat menyediakan alat transportasi air itu bagi para pengunjung secara gratis setiap perayaan Cap Go Meh .
Di tempat ini terdapat sebuah vihara China (kelenteng Hok Tjing Rio) dan kuil Buddha. Terdapat pula makam putri Palembang.
Legenda
Menurut legenda setempat, pada zaman dahulu, seorang putri dari Kerajaan Sriwijaya, Siti Fatimah Putri dikirim untuk menikah dengan seorang pangeran dari China, Tan Bun An. Sang putri meminta 9 guci emas sebagai mas kawinnya.
Untuk menghindari bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran. Sayangnya, sang pangeran buru-buru emosi ketika membukanya dan melihat bahwa di guci tersebut hanya berisi sayuran. Sang pangeran pun meluapkan amarahnya dengan membuang guci-guci tersebut ke sungai.
Rasa kecewa dan menyesal membuat sang anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai hingga tenggelam. Dari tempat dua sejoli ini terjun, muncullah pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro. Sang putri dikuburkan di Pulau Kemaro tersebut. Untuk mengenang kisah tragis sang puteri cantik ini, maka dibangunlah sebuah Kuil.
Daya tarik Kemaro adalah Pagoda berlantai 9 yang menjulang di tengah-tengah pulau. Pagoda setinggi 45 meter itu dibangun pada 2006. Selain pagoda ada kelenteng yang sudah dulu ada. Klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal Kelenteng Kuan Im dibangun sejak 1962. Di depan kelenteng terdapat dua makam berdampingan, yakni makam Tan Bun An dan Siti Fatimah. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi legenda terbentuknya pulau ini.
Selain itu ditempat ini juga terdapat sebuah Pohon yang disebut sebagai “Pohon Cinta” yang dilambangkan sebagai ritus “Cinta Sejati” antara dua bangsa dan dua budaya yang berbeda pada zaman dahulu Siti Fatimah dan Tan Bun An. Konon, jika ada pasangan yang mengukir nama mereka di pohon tersebut maka hubungan mereka akan berlanjut sampai jenjang Pernikahan. Untuk itulah pulau ini juga disebut sebagai Pulau Jodoh.
Karena legenda itu pula, tidak kurang dari 70.000 pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa merayakan Cap Go Meh di tempat tersebut. Khususnya, kaum muda-mudi yang berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh. Seperti salah satu pengunjung dari Jambi, Susanto yang mengatakan, kisah atau cerita untuk dipertemukan dengan jodohnya, membuat dia datang ke kelenteng itu.
Pantangan
Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh 2015, Candra Husin mengatakan, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Go Meh sudah berlangsung sejak 300 tahun silam. Zaman dulu, lanjut Candra, anak perempuan tidak boleh keluar rumah. Hanya saat perayaan Cap Go Meh mereka baru diizinkan bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal.
Wah, apakah Anda jomblo? Tempat ini cukup rekomended bagi Anda yang saat ini masih jomblo alias belum menemukan jodoh yang sepadan.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment