Tari Remo

Tari remo menurut sejarahnya adalah tari yang khusus dibawakan oleh penari laki-laki karena berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini yaitu menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga.

Busana Penari Remo

Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria. Para penari wanita akan memakai sanggul, mekak, rampak dilengkapi dengan satu selendang yang disampirkan di bahu penari.
Lain dengan kostum penari pria yang menggunakan gaya busana khas Surabaya, gaya ini terdiri dari ikat kepala merah, baju tanpa kancing berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18. Celananya sebatas pertengahan betis yang diikat dengan jarum emas, sarung batik pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen diikatkan ke pinggang serta kering yang berada di belakang.
Ada juga kostum Gaya Sawunggaling yang hampir sama dengan gaya Surabayan, dengan perbedaannya pada pemakaian kaus putih berlengan panjang. Selain itu ada juga gaya Malangan yang pada dasarnya juga sama dengan gaya Surabayan, yang membedakan adalah celananya yang panjang hingga menyentuk mata kaki. Gaya Jombangan hampir sama juga dengan gaya Sawunggaling perbedaanya pada penggunaan rompinya dan tidak memakai kaus.

Gerakan Kaki dan Musik Gamelan

Ciri-ciri yang paling khas dan paling utama dari Tari Remo ini adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan tersebut didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di perlangan kaki. Selain itu, ciri-ciri yang lain yaitu gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
Tari Remo diiringi oleh musik gamelan yang biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment